Kabupaten Nambangan Bali, mungkin nama ini cukup asing di telinga kita, sekitar abad ke-18, I Gusti Ngurah Made Pemecutan mengganti nama Nambangan menjadi Badung. Kabupaten Badung ini letaknya di provinsi Bali. Menurut sejarah Beliau menundukkan Mengwi dan Kota Jembrana dan berkuasa sampai tahun 1890. Beliau berhasil menundukkan ke dua kota itu katanya karena memiliki keris dan cemeti pusaka. Tak lama Beliau akhirnya digantikan oleh dua raja baru. menurut sejarah kematian I Gusti Ngurah Made Pemecutan sepertinya sudah di atur oleh raja yang menggantikan Beliau yang kemungkinan masih saudara dengan Beliau yakni Raja Kesiman yang masa pemerintahannya dimulai dan berakhir pada tahun 1829 – 1863 (menurut catatan sejarah yang di catat di wikipedia)
Menggantungkan diri kepada Pemerintahan Belanda
Raja baru ini sangat menggantungkan diri kepada pemerintahan Belanda yang datang dan mulai menguasai Indonesia pada saat itu, Beliau mengijinkan pemerintah Belanda untuk mendirikan stasiunnya di kuta, karena kebaikan dan mau bekerjasama dengan pemerintah Belanda, Raja Baru ini di beri hadiah yang sangat indah pada masa – masa itu. Raja mendapat hadiah yang cukup menarik yaitu seorang pedagang yang berasal dari negara Denmark, seorang pedagang cantik ini berusia 18 tahun pada waktu datang ke Bali wanita ini bernama Mads Johansen Lange. Mads Lange dikenal mampu menjalin hubungan yang sangat baik dengan para raja -raja Bali pada saat itu.
Sewaktu berada di Bali Mads Lange sempat mengalami sakit keras dan Ia mengundurkan diri untuk kembali ke Negaranya, namun sayang belum sempat pulang ke Negaranya Mads Lang meninggal dunia dan di kubur di Bali di daerah kuta. Kuta juga merupakan tempat di mana seorang kapten Belanda yang bernama Cornelis De Houtman dan para pengikutnya di hukum gantung di hadapan para saksi mata pada waktu itu.
Kerajaan Badung sempat di serang oleh pasukan Belanda karena Pihak pemerintah Belanda menuduh sewaktu kapal China milik pedagang China bernama Kwee Tek Tjiang yang berbendera Belanda kandas di pantai sanur, mereka dituduh melucuti, merampas dan merusak isi kapal, atas kerusakan itu Belanda meminta ganti rugi sebesar 3.000 dolar perak dan meminta orang – orang yang merusak kapal harus di hukum. Tentu saja raja Badung ini menolak tuduhan tersebut dan tidak mau membayar kompensasi itu. Karena keteguhan sikapnya, sebagai akibatnya kerajaan Badung di serang oleh tentara Belanda dan kerajaan Badung akhirnya jatuh ke dalam kekuasaan belanda.
Perang Puputan Terjadi.
Setelah menyerang kota kota Badung, Belanda melanjutkan peperangannya dengan menyerbu kota Denpasar, sebelum masuk ke kota Denpasar Belanda di hadang oleh segerombolan orang – orang Bali yang di pimpin oleh Raja, Pendeta, laki – laki, perempuan yang siap berperang hingga darah terakhir (Perang Puputan). Penolakan Tegas dari raja Badung ini membuat pemerintah Belanda geram dan mengirimkan armada angkatan lautnya ke perairan kota Badung dengan tujuan memblokade ekonomi. Bisa di bilang apa yang di lakukan pemerintah Belanda ini sangat kejam dan menyebabkan kerajaan Badung mengalami kerugian besar setiap harinya sebesar 1500 ringgit dari pemasukan pelabuhan yang di blokade Belanda. Tidak hanya blokade di laut, pemerintah Belanda juga melakukan Blokade di darat dengan melakukan kerjasama dengan para raja Bangli, Gianyar, Karangasem dan Tabanan, namun karena alasan tertentu blokade yang di lakukan itu juga gagal karena raja-raja tersebut sulit untuk memutuskan hubungan dengan Raja Badung ini.
Masih bertahan pada kayakinannya akhirnya pada tanggal 17 Juli 1906 Jenderal Belanda yang bernama Van Hentzs mengirimkan surat kepada I Gusti Ngurah Pemecutan, I Gusti Ngurah Denpasar dan Raja Tabanan, I Gusti Ngurah Agung yang inti dari surat itu adalah meminta ganti rugi sebesar 5173 ringgit (12.932,50 gulden) dan jika hingga sampai pada tanggal 1 September 1906 tidak ada jawaban maka pemerintah Belanda akan mengambil tindakan militer.
Pasukan militer belanda pada tanggal 12 September 1906 telah siap dengan kekuatan penuh berjumlah 3053 orang terdiri dari personil militer dan warga sipil termasuk juga wartawan perang. Sore hari sebelum peperangan di mulai utusan di kirim untuk memberitahu Raja Badung dan juga Tabanan agar menyerah kepada Belanda dalam tempo 2 x 24 jam, jika tidak maka pemerintah Belanda akan bertindak keras. Namun ultimastum itu di tolak keras oleh Raja Badung, tak lama laskar Badung mempersiapkan pasukan dan benteng pertahanannya masing – masing di depan Puri meskipun pertempuran itu tidak seimbang, namun dengan beraninya mereka menjaga Puri walau di hujani tembakan oleh pemerintah Belanda. Semua yang ikut perang Puputan ini Gugur hanya demi mempertahankan kehormatan dan juga kedaulatan Rakyat kota Badung dan di susul kota Tabanan.
Kerajaan Klungkungpun tak lepas dari serbuan Belanda, hingga akhirnya Kerajaan Klungkung pun terpaksa ikut melakukan perang puputan seperti kerajaan Badung. Sebagai informasi tambahan pada tahun 1999 di kabupaten Badung terjadi kerusuhan yang sangat besar yang menyebabkan kantor Bupati Badung ini di bakar hingga tidak ada yang sisa kecuali tanah di mana dulu pernah berdiri Kantor Bupati. ini di sebabkan pada 21 Oktober 1999 terjadi kerusuhan massal ketika Megawati Soekarno Putri kalah terpilih sebagi Presiden RI pada sidang MPR, Megawati kalah dengan Bapak Abdurrahman Wahid atau yang lebih di kenal dengan Gus Dur. Seluruh masyarakat bali marah karena permainan politik yang tidak baik pada waktu itu, banyak pohon perindang yang di tebangi oleh para demonstran yang mengamuk, dan banyak lampu – lampu penarang jalan, lampu lalu – lintas di rusak total oleh massa yang mengamuk waktu bahkan Gedung – gedung pemerintah tak lepas dari Amukan masyarakat, banyak gedung yang di bakar termasuk kantor Bupati Badung di Lumintang Bali. (masalah ini hingga kini belum ditemukan ada tersangkanya red)
Secara fisik kabupaten Badung berbentuk unik yang menyerupai sebilah “keris”. Keris merupakan senjata khas masyarakat Indonesia termasuk Bali. Keunikan secara fisik inilah yang kemudian diangkat oleh Kabupaten Badung sebagai lambang daerah mereka. Keris ini bisa mengartikan seorang kesatria. jika di hubungkan dengan sejarak kota ini seperti yang sudah kami ceritakan di atas, yaitu peristiwa perang “Puputan Badung”.
Kabupaten Badung sendiri mempunyai motto “Cura Dharma Raksaka” yang di ambil dari semangat perang Puputan Badung yang memiliki arti Pemerintah harus melindungi kebenaran dari rakyat yang di pimpinnya. Kabupaten Badung terbagi menjadi enam wilayah kecamatan dianataranya adalah kecamatan Mengwi, kecamatan Kuta, kecamatan Kuta Utara dan Kuta Selatan, Kecamatan Petang dan kecamatan Abiansemal.
Objek Wisata di Kabupaten Badung.
- Air terjun Nungnung.
- Atraksi Makotek (Desa Munggu).
- Ayung Rafting.
- Bumi Perkemahan Dukuh (Blahkiuh).
- Bungy Jumping.
- Desa Petang.
- Desa Plaga.
- Desa Kapal.
- Perang Tipat Bantal (Desa Kapal).
- Pantai Dreamland.
- Pantai Padang-Padang.
- Jembatan Tukad Bangkung.
- Pura Penataran Puspem Badung.
- Pantai Seseh.
- Pantai Batu Bolong.
- Pantai Brawa.
- Kawasan Industri Badung (Sunset Road – Kuta).
- Kawasan Wisata Malam Oberoi.
- Desa Wisata Baha.
- Garuda Wisnu Kencana.
- Geger Sawangan.
- Kawasan BTDC Nusa Dua.
- Mandala Wisata.
- Monumen Tragedi Kemanusiaan Bom Bali.
- Panggung Kesenian Kuta Timur.
- Pantai Canggu.
- Pantai Jimbaran.
- Pantai Kedonganan.
- Pantai Kuta, Legian, Seminyak.
- Kawasan Internasional Legian.
- Pantai Labuan Sait.
- Pantai Nyang-Nyang.
- Pantai Suluban 699.
- Pantai Pandawa.
- Patung Satria Gatot Kaca.
- Penangkaran Penyu Deluang Sari.
- Pura Peti Tenget.
- Pura Pucak Tedung.
- Pura Sadha.
- Pura Taman Ayun.
- Pura Uluwatu.
- Safari Kuda.
- Sangeh.
- Taman Reptil Indonesia Jaya.
- Kota Mangupura.
- Tanah Wuk.
- Tanjung Benoa.
- Waka Tangga.
- Water Boom Park, Kuta, Badung.
- Wisata Agro Pelaga.
- Kawasan Perum. Ekspatriat Kec. Kuta Utara.